Anak : “Ibu, sebenarnya siapa itu Tuhan?”
Ibu : “Mengapa kau mempertanyakan itu, nak?”
Anak : “Aku sering mendengar orang berbicara tentang Tuhan. Saat mereka berbicara tentangNya, aku tak melihat sosok Tuhan. Sebenarnya siapakah Dia, Ibu?”
Ibu : “Tuhan adalah Yang Agung, Yang Ilahi. Rupanya memang tak tampak.”
Anak : “Yang Agung dan Ilahi itu seperti apa, bu?”
Ibu : “Agung dan Ilahi karena tak ada manusia yang dapat menandingi kehebatannya.”
Anak : “Begitu hebatnya kah Tuhan, hingga tak terlihat, bu? Lantas bagaimana kita tahu bahwa Dia hebat?”
Ibu : “Hebat hingga saat kau atau ibu sakit, Tuhan menyembuhkan kita melalui obat-obat dari dokter. Saat kau jatuh, Tuhan menolongmu agar kau tidak semakin celaka. Saat kau ujian, Tuhan membantumu hingga kau mendapatkan nilai bagus.”
Anak : “Sebegitu hebatnya Tuhan, ibu. Tetapi mengapa ada penyakit, mengapa aku jatuh dan mengapa harus ada ujian. Apa maksud Tuhan, bu?”
Ibu : “Setiap peristiwa dalam hidup tak bisa dijelaskan bagaimana caranya mendapatkan rumus satu ditambah satu. Atau, bagaimana membuat pisang goreng. Atau bagaimana membuat baju. Tuhan tidak bisa ditangkap oleh pengetahuan. Jika laut begitu luas, Tuhan lebih luas dari apa yang bisa dijelaskan.”
Anak : “Seperti apa Tuhan itu, bu? Apakah dia Pria atau Wanita?”
Ibu : “Tuhan tidak bisa dijelaskan apakah berpihak kepada Pria atau Wanita. Tuhan adalah sebutan Ilahi yang diberikan manusia. Kau bisa bayangkan Tuhan, saat kau susah mengerjakan soal-soal Pekerjaan Rumahmu maka kau minta Ayahmu membantunya menyelesaikan PR. Saat kau belajar naik sepeda, Ayah mengajarimu tentang bagaimana naik sepeda, hingga kau bisa bersepeda sendiri. Atau, saat kau sakit, kau pasti panggil Ibu untuk merawat dan menjagamu. Kau jatuh dari sepeda, Ibu akan menolongmu agar kau tidak menderita karena sakit.”
Anak : “Jadi, Tuhan memiliki sifat yang baik seperti Ayah atau Ibu?”
Ibu : “Tuhan adalah sumber kebaikan. Ia ada dalam diri setiap orang. Ayah atau Ibu adalah bagian dari ciptaanNya. Kita diciptakan serupa denganNya.”
Anak : “Jika kita serupa dengan Tuhan, mengapa ada orang jahat, bu?”
Ibu pun tak menjawab. Diam.
Tak ada orang yang jahat di dunia ini.
Yang ada adalah orang-orang yang tak bisa mengerti apa arti kebaikan Tuhan dan menganggap Tuhan adalah milik mereka.
Jika Tuhan dimonopoli oleh sekelompok orang, disitulah kejahatan.
-Berharap kelak dapat menjelaskan kepada anak, apa arti kebaikan dan menghadirkan Tuhan dalam keluarga-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar